Subtopik 1.6.3 Kolaborasi QA-Developer: Penyelesaian Bug di Proyek Nyata

Menemukan dan menyelesaikan bug bukan hanya urusan QA atau Developer secara terpisah.  Kolaborasi antara keduanya sangat penting, terutama di industri e-commerce, di mana kesalahan kecil pun bisa berdampak besar, seperti kehilangan transaksi, frustrasi pelanggan, atau bahkan kerugian finansial langsung.

QA dan developer memiliki perspektif yang berbeda namun saling melengkapi. QA melihat sistem dari kacamata pengguna, fokus pada expected behavior, keandalan, dan pengalaman yang konsisten. Developer melihat sistem dari dalam: bagaimana kode dirancang, modularitas, dan performa. Tanpa komunikasi yang baik, perbedaan perspektif ini dapat memperlambat proses penyelesaian bug, menyebabkan miskomunikasi, atau bahkan menghasilkan solusi yang tidak sesuai.

Di sektor e-commerce, bug bisa muncul dari berbagai sisi, misalnya UI yang tidak responsif, keranjang belanja yang tidak menyimpan item dengan benar, hingga kalkulasi pajak atau diskon yang salah. Bug seperti ini membutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap sistem frontend, backend, payment gateway, third-party API, hingga user behavior. Oleh karena itu, kolaborasi antara QA dan developer menjadi menjadi kunci utama dalam memastikan proses perbaikan bug berjalan efektif dan menghasilkan dampak positif terhadap pengalaman pengguna.

Praktik Kolaborasi yang Efektif

Kolaborasi yang efektif antara QA dan developer dimulai dari komunikasi yang jelas, terbuka, dan profesional. Berikut beberapa praktik terbaik yang bisa diterapkan.

      QA menulis laporan bug yang spesifik dan lengkap, mencakup:

      Langkah reproduksi

      Bukti pendukung berupa screenshot/video

      Data pengguna / akun pengujian yang digunakan

      Detail lingkungan pengujian (device, OS, browser, versi aplikasi)

      Log error (jika tersedia)

      QA dan developer menggunakan bahasa yang netral dan teknis, tidak menyudutkan pihak lain.

      QA dan developer menyepakati standar definisi “Done” untuk bug, yaitu bug muncul kembali dan tidak menimbulkan bug baru (regresi).

      QA memberi masukan saat code review atau pull request jika bug memengaruhi test case yang ada.

      QA dan developer aktif berdiskusi saat bug triage meeting atau daily scrum untuk menyamakan persepsi tentang severity dan priority bug.

Tools Pendukung Kolaborasi

QA dapat memanfaatkan berbagai tools kolaboratif untuk mempercepat proses identifikasi dan penanganan bug bersama developer. Beberapa alat bantu dapat digunakan, antara lain:

      Jira / ClickUp: digunakan untuk manajemen backlog dan bug tracking.

      Slack / Discord: memfasilitasi diskusi cepat dan debugging bersama.

      Postman / Swagger: QA bisa membantu eksplorasi API yang error.

      Log viewer (Kibana, Datadog, Firebase): QA bisa membantu identifikasi error dari sisi server.

      Pair Debugging: QA dan developer saling duduk bersama (atau pairing virtual) untuk mereproduksi dan memeriksa bug bersama-sama.

Kesalahan Umum yang Harus Dihindari

Kolaborasi yang kurang efektif antara QA dan developer dapat memicu miskomunikasi dan memperlambat proses perbaikan bug. Berikut adalah beberapa kesalahan umum yang sering terjadi:

      QA melaporkan bug tanpa data yang cukup, sehingga mengakibatkan developer kesulitan mengulang.

      Developer menutup bug tanpa komunikasi, sehingga mengakibatkan QA bingung kapan bisa retest.

      QA tidak memahami konteks teknis, lalu memberikan severity yang tidak proporsional.

      Developer menganggap bug hanya sebagai tanggung jawab QA, ini menunjukkan minimnya ownership.

Studi Kasus: Kolaborasi QA-Developer dalam Menangani Bug

Bug di Proses Penghitungan Diskon

Di aplikasi e-commerce, QA menemukan bahwa voucher diskon 10% yang seharusnya hanya berlaku untuk produk kategori “Fashion”, ternyata bisa digunakan juga untuk kategori “Elektronik”.

Langkah-langkah Kolaborasi QA-Developer:

  1. Bug Reporting oleh QA:
    QA menulis laporan bug lengkap di Jira:

      Judul: "Voucher FASHION10 berlaku untuk kategori selain Fashion"

      Severity: Major, Priority: High

      Screenshot halaman checkout

      Langkah reproduksi dan data produk

  1. Triaging dan Diskusi Cepat:
    QA berdiskusi langsung dengan developer backend di Slack. QA menjelaskan bahwa filter voucher berdasarkan kategori tidak berjalan sesuai logika bisnis.
  2. Debugging Bersama:
    Developer memeriksa kode validasi voucher dan QA ikut membantu dengan memberikan ID produk dan ID kategori dari database staging.
  3. Fixing dan PR:
    Developer memperbaiki bug dan mengirimkan pull request. QA kemudian mengecek perubahan melalui pull request description.
  4. Retest dan Regression:
    QA melakukan pengujian ulang di staging, lalu menjalankan regresi untuk memastikan voucher kategori lain tidak ikut terpengaruh.
    QA memberikan umpan balik bahwa fix sudah benar.
  5. Closed & Review:
    Setelah QA memastikan bahwa bug sudah tidak muncul dan tidak ada efek samping, bug ditandai sebagai “Closed”. 
    QA juga mencatat temuan ini sebagai bagian dari pelajaran penting mengenai pentingnya validasi logika bisnis di level API, bukan hanya UI.

Kesimpulan:

Bug ini dapat diselesaikan dengan cepat karena adanya kolaborasi yang aktif dan efektif. QA tidak hanya menemukan bug, tetapi juga berperan sebagai mitra diskusi yang membantu developer untuk menemukan sumber error dengan data yang relevan. Hasilnya, waktu penanganan lebih cepat karena QA aktif memberi data yang dibutuhkan developer.

Last modified: Thursday, 21 August 2025, 3:59 PM