Subtopic 1.1.3 – Ekosistem Pengembangan Product: Peran Tanggung Jawab dan Alur Kerja
Setelah memahami apa yang dibangun dalam web development, sekarang mari kita jelajahi siapa yang terlibat dalam prosesnya. Kita akan menyelami ekosistem pengembangan produk untuk mengenal para pemain kunci, peran mereka, dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain.
Untuk memahami alur kerja kompleks dari ekosistem ini, setiap Product Manager wajib memahami kerangka kerja fundamental yang disebut Software Development Life Cycle (SDLC).
Memahami Peta Kerja: Software Development Life Cycle (SDLC)
SDLC adalah sebuah "peta jalan" terstruktur yang menguraikan serangkaian tahapan yang dilalui untuk mengubah sebuah ide menjadi produk perangkat lunak yang berfungsi, meluncurkannya ke user, dan memeliharanya. Memahami SDLC membantu seorang PM mengetahui apa yang terjadi di setiap fase, siapa yang bertanggung jawab, dan di mana peran mereka paling dibutuhkan.
Meskipun ada banyak model SDLC, hampir semuanya mencakup fase-fase inti berikut, KLIK pada tiap fasenya ntuk melihat lebih detail :
Setelah memahami peta besar SDLC, selanjutnya kita akan membahas lingkungan teknis dan peran-peran spesifik di dalamnya.
Mekanisme Kerja Efektif: Metode, Ekosistem Pengembangan, dan Peran
Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam ekosistem pengembangan produk, bagaimana kita bisa memastikan proses kerja berjalan secara efektif dan terkoordinasi? Jawabannya terletak pada penggunaan metode dan lingkungan kerja yang terstruktur. Dalam tahap pengembangan produk atau SDLC, ada metode yang digunakan agar proses kerja berjalan lancar dan efektif. Metode tersebut secara umum diturunkan jadi dua, yaitu Waterfall dan Agile.
-
Waterfall
Gambar 1.1.16 Waterfall Method
Sebelum masuk ke zaman yang modern ini, metode Waterfall masih umum dipakai sebagai metode pengembangan software secara konvensional. Fase kerja metode Waterfall terjadi secara berurutan. Dalam artian, satu fase dikerjakan apabila fase sebelumnya telah selesai, dan tetap beriterasi sesuai dengan model siklusnya.
-
Agile
Gambar 1.1.17 Sprint Scrum
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, lahirlah metode Agile yang kini menjadi standar industri yang pengerjaannya lebih efektif dan cepat. Metode ini menekankan kecepatan dalam pengembangan produk, adanya feedback dari user yang direspon dengan cepat, dan iterasi pada setiap prosesnya. Salah satu kerangka kerja (framework) paling populer yang diturunkan dari Agile adalah Scrum.
Dalam struktur Agile, tim yang efektif biasanya terdiri dari 5–9 orang yang bekerja dengan kolaborasi erat. Berikut adalah rangkuman tanggung jawab spesifik dari setiap peran yang saling mendukung kesuksesan produk:
-
Ekosistem Software Development terdiri dari banyak peran yang saling bergantung (timbal balik). Peran utama seperti Product Owner/Manager, UI/UX Designer, Frontend Developer, Backend Developer, QA Engineer, DevOps Engineer, dan Project/Scrum Master bekerja bersama dalam siklus SDLC (Ideation → Development → Testing → Deployment → Operation). Dalam struktur Agile, tim terdiri dari 5–9 orang (tergantung skala), dengan kolaborasi erat untuk memastikan produk dikembangkan cepat tapi tetap berkualitas .
-
Setiap peran membawa tanggung jawab khusus yang saling mendukung kesuksesan produk.
-
-
Product Manager merancang visi dan backlog demi memenuhi user needs.
-
UI/UX Designer menciptakan wireframe, prototipe, dan perjalanan pengguna yang intuitif, menggunakan design system untuk menjaga konsistensi.
-
Frontend Developer membangun antarmuka visual menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript.
-
Backend Developer menyiapkan server, basis data, dan Web API agar aplikasi dapat menyimpan dan mengambil data.
-
QA Engineer menjalankan pengujian otomatis dan manual untuk memastikan fitur bebas bug sebelum rilis.
-
DevOps Engineer membuat proses CI/CD otomatis, menjaga lingkungan staging/production stabil, dan mendukung deployment yang mulus .
-
Lingkungan Pengembangan (Environments)
Berbagai tahap dalam SDLC memiliki environment-nya tersendiri. Environment merupakan tempat/server dimana developer menulis kode. Dalam hal ini, setiap tahap dalam SDLC, seperti development dan testing, ada environment-nya masing-masing. Environmentnya terbagi kedalam 3 jenis, yaitu:
Gambar 1.1.18 Product Environment
-
Development environment, tempat menulis kode (tahap development dan sebelumnya ada di environment ini).
-
Staging environment, tempat dilakukannya tes (tahap testing ada di environment ini).
-
Production environment, tempat kode/software siap dirilis (tahap operations dan maintenance ada di environment ini).
Mengenal Para Pemain Kunci dan Tanggung Jawabnya
Setelah memahami proses (SDLC), metode (Agile), dan tempat kerja (Environments), sekarang mari kita kenali lebih dalam siapa saja para pemain utama dalam ekosistem ini.
Gambar 1.1.15 Alur Interaksi PM
Semua pihak yang digambarkan di atas saling terkait dan memiliki hubungan timbal balik yang krusial.
Mari kita bedah alur interaksi dan tanggung jawab mereka.
Peran Sentral: Product Manager (PM)
Seorang product manager bertanggung jawab memadukan berbagai data yang bakal menentukan arah kerja dari tim produk. Dalam proses product development, seorang product manager harus berkoordinasi dengan para stakeholders dan seluruh team development untuk membuat fitur yang bermanfaat bagi user dengan segala keterbatasan yang ada dari sisi resources dan waktu.
Dalam proses pengembangan produk yang terstruktur, ide tidak langsung diubah menjadi kode. Ada sebuah alur dokumen yang mengalir dari level bisnis yang strategis hingga ke level teknis yang sangat detail. Memahami alur ini membantu Product Manager memastikan setiap langkah pengembangan tetap sejalan dengan tujuan awal. Tiga dokumen kunci dalam alur ini adalah BRD, PRD, dan TRD.
-
BRD (Business Requirement Document)
BRD adalah dokumen tingkat tinggi yang berfokus pada mengapa sebuah proyek atau produk perlu dibuat dari sudut pandang bisnis.
-
-
Tujuan Utama: Meyakinkan para pemangku kepentingan (stakeholders) bahwa proyek ini layak secara bisnis dan sejalan dengan strategi perusahaan.
-
Isi Utama: Latar belakang masalah, tujuan bisnis (misal: meningkatkan market share 10%), analisis ROI (Return on Investment), dan ruang lingkup proyek secara umum.
-
Pembuat & Audiens: Biasanya dibuat oleh sponsor proyek atau Business Analyst untuk para eksekutif dan manajemen.
-
-
PRD (Product Requirement Document)
Setelah "mengapa" disetujui, PM akan menerjemahkannya menjadi PRD. Dokumen ini menjelaskan apa yang harus dibangun untuk mencapai tujuan bisnis tersebut.
-
-
Tujuan Utama: Memberikan panduan yang jelas kepada tim produk (desainer, developer, QA) tentang fitur, fungsi, dan pengalaman pengguna yang harus diciptakan.
-
Isi Utama: Visi produk, profil pengguna (user persona), user stories, kriteria penerimaan (acceptance criteria), wireframe atau alur pengguna, dan metrik kesuksesan produk.
-
Pembuat & Audiens: Dibuat oleh Product Manager untuk seluruh tim produk internal.
-
-
TRD (Technical Requirement Document)
Setelah tim tahu "apa" yang harus dibangun, tim teknis perlu merumuskan bagaimana cara membangunnya. Inilah fungsi dari TRD.
-
-
Tujuan Utama: Menyediakan cetak biru teknis (technical blueprint) bagi para developer untuk memastikan produk dibangun dengan cara yang benar, efisien, aman, dan bisa dikembangkan di masa depan (scalable).
-
Isi Utama:
-
-
-
-
Arsitektur Sistem: Bagaimana komponen-komponen sistem saling berhubungan.
-
Desain Database: Struktur tabel dan skema data yang akan digunakan.
-
Spesifikasi API: Detail endpoint, format request dan response untuk komunikasi antar layanan.
-
Kebutuhan Non-Fungsional: Ini sangat penting, mencakup standar untuk keamanan (misal: enkripsi data), performa (misal: waktu muat halaman < 2 detik), dan skalabilitas (misal: sistem harus mampu menangani 10.000 pengguna bersamaan).
-
Stack Teknologi: Bahasa pemrograman, framework, dan library yang akan digunakan.
-
-
Pembuat & Audiens: Dibuat oleh Tech Lead atau System Architect untuk para developer dan DevOps engineer. Seorang PM tidak menulis TRD, namun harus memahaminya untuk dapat berdiskusi mengenai trade-off teknis.
-
Alur idealnya adalah: BRD ➔ PRD ➔ TRD. Setiap dokumen memberikan input untuk dokumen berikutnya.
Kriteria |
BRD (Business Requirement Document) |
PRD (Product Requirement Document) |
TRD (Technical Requirement Document) |
Fokus Utama |
MENGAPA (Tujuan & Nilai Bisnis) |
APA (Fitur & Kebutuhan Pengguna) |
BAGAIMANA (Arsitektur & Spesifikasi Teknis) |
Audiens |
Eksekutif, Manajemen, Investor |
Tim Produk Internal (PM, Desainer, Developer, QA) |
Tim Engineering (Developer, Arsitek, DevOps) |
Pembuat Utama |
Sponsor Proyek, Business Analyst |
Product Manager |
Tech Lead, System Architect |
Contoh Isi |
Analisis pasar, ROI, KPI Bisnis, Ruang Lingkup Proyek. |
User Stories, Acceptance Criteria, Wireframes, Metrik Produk. |
Spesifikasi API, Skema Database, Arsitektur, Kebutuhan Non-Fungsional. |
Tabel 1.1.2 Perbedaan PRD, TRD dan BRD
Meskipun dalam praktiknya (terutama di startup yang bergerak cepat) tidak semua perusahaan menggunakan ketiga dokumen ini secara formal, memahami tujuan dan pemisahan fungsi dari masing-masing dokumen adalah kompetensi krusial bagi seorang Product Manager untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pihak.
Secara alur, BRD sering kali dibuat terlebih dahulu untuk memvalidasi ide di tingkat bisnis, baru kemudian PM membuat PRD untuk memandu proses pengembangan yang berisi informasi detail dari produk yang akan dikembangkan dan digunakan seluruh team development. Mulai dari UI-UX Designer, Back End, Front-End/Android developer, sampai Quality Assurance.
Peran UI/UX Designer: Merancang Pengalaman Pengguna
Berdasarkan arahan dan requirement dalam PRD, proses selanjutnya beralih ke ranah desain. Di sinilah peran UI/UX Designer menjadi sentral. Mereka bertanggung jawab untuk merancang antarmuka (interface) yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga fungsional dan mampu menciptakan pengalaman pengguna (user experience) yang memuaskan. Ada beberapa konsep UI/UX design yang perlu kita tahu lebih dulu nih. Apa aja ya kira-kira?
-
Design System : berisi komponen-komponen yang bisa dipakai dalam merancang UI design agar tampilannya konsisten meskipun dikerjakan oleh orang yang berbeda (tim developer).
-
User journey : dipakai untuk merancang UI desain yang nantinya diproses oleh tim developer dalam mengembangkan aplikasi website dan mobile.
-
UI Design : interface suatu desain web/mobile app yang berisi gambaran prototype dari produk yang akan dibuat, baik digunakan oleh Front End (pengembangan website) atau Android Developer (pengembangan aplikasi mobile).
Peran Developer: Membangun Produk Fungsional
Setelah desain visual dan alur pengguna disetujui, saatnya mengubah konsep tersebut menjadi produk yang nyata dan fungsional. Di sinilah para developer mengambil alih, bekerja berdasarkan blueprint yang telah disediakan oleh tim UI/UX Designer. Frontend punya tugas untuk membuat tampilan (user interface) agar bisa dilihat melalui browser dan berfungsi secara optimal. Sedangkan tugas dari Backend adalah membuat Web API untuk mengurusi segala sesuatu tentang penyimpanan data dan membuat rancangan database yang reliable dan bisa diuji ketahanannya.
Hubungan antara UI/UX Designer, Frontend, dan Backend Developer sangat erat. Mereka harus terus berkolaborasi untuk memastikan visi produk dapat diwujudkan secara teknis dan visual dengan sempurna.
Peran Mobile Developer: Membawa Produk ke Genggaman Pengguna
Meskipun tampilannya sudah selesai, produk belum bisa langsung digunakan, karena ada role lain yang harus melanjutkan proses pengembangan product, yaitu Android/Mobile Developer. Di era modern, banyak produk tidak hanya hadir dalam bentuk website, tetapi juga aplikasi mobile. Di sinilah peran Android/Mobile Developer menjadi krusial. Tugas mereka adalah mengembangkan aplikasi mobile berdasarkan tampilan yang telah disediakan oleh UI/UX Designer dan menghubungkannya dengan API yang telah disiapkan oleh Back End Developer.
Nantinya, product yang dihasilkan oleh Android/Mobile developer akan berupa aplikasi berbentuk mobile dan memiliki pembaruan untuk fitur-fitur yang ada.
Peran Quality Assurance (QA): Penjaga Gerbang Kualitas
Sebuah produk yang telah selesai dikembangkan tidak bisa langsung diluncurkan. Produk tersebut harus melewati gerbang pengujian terlebih dahulu agar hasilnya tidak mengecewakan para pengguna., dan di sinilah peran Quality Assurance (QA) Engineer sangat vital.
Seorang QA Engineer bertindak sebagai "pengguna pertama" yang bertugas untuk memastikan produk memenuhi standar kualitas tertinggi sebelum sampai ke tangan pelanggan. Tanggung jawab yaitu memastikan apakah PRD sesuai dengan hasil akhir product-nya atau tidak serta melakukan testing selama web development berlangsung. Jika ditemukan bug, QA akan membuat laporan yang detail dan terstruktur. Laporan ini kemudian diserahkan kepada tim developer agar bug tersebut dapat segera diperbaiki. QA juga bertanggung jawab untuk menguji ulang setelah perbaikan dilakukan.
Dari Teori ke Praktik: Mengelola Alur Kerja dengan Project Management Tools
Setelah memahami metodologi seperti Agile dan Scrum, pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana cara PM dan tim mengelola semua tugas ini dalam praktik sehari-hari? Di sinilah peran Project Management (PM) Tools menjadi sangat vital.
PM Tools adalah platform perangkat lunak yang dirancang untuk menjadi pusat komando bagi sebuah proyek. Fungsinya adalah membantu tim merencanakan, mengeksekusi, berkolaborasi, dan memonitor semua pekerjaan dari awal hingga akhir. Bagi seorang Product Manager, alat ini adalah "dapur" utama untuk menerjemahkan strategi menjadi aksi yang bisa dieksekusi oleh tim developer.
Fitur-Fitur Inti Project Management Tools
Secara umum, PM tools yang efektif memiliki beberapa fitur kunci:
-
Manajemen Tugas (Task Management): Kemampuan untuk membuat tugas, memberikan deskripsi, menetapkan penanggung jawab (assignee), mengatur tenggat waktu (due date), dan menentukan prioritas.
-
Visualisasi Alur Kerja (Workflow Visualization): Menampilkan progres pekerjaan secara visual. Metode yang paling umum adalah:
-
Kanban Board: Papan visual dengan kolom-kolom seperti "To Do", "In Progress", dan "Done" untuk melacak alur tugas. Sangat fleksibel dan populer di tim Agile.
-
Gantt Chart: Diagram batang yang menunjukkan linimasa (timeline) proyek, lengkap dengan dependensi antar tugas. Berguna untuk perencanaan jangka panjang dan melihat gambaran besar proyek.
-
Kolaborasi Tim (Team Collaboration): Menyediakan ruang untuk berkomunikasi dalam konteks tugas tertentu, seperti kolom komentar, @mentions, dan kemampuan untuk melampirkan file. Ini mengurangi kebutuhan email dan menyatukan semua diskusi di satu tempat.
-
Pelaporan dan Analitik (Reporting & Analytics): Menghasilkan laporan otomatis untuk memonitor kinerja, seperti burndown chart (grafik sisa pekerjaan dalam sprint), velocity chart (kecepatan kerja tim), dan laporan beban kerja anggota tim.
-
Integrasi (Integrations): Kemampuan untuk terhubung dengan aplikasi lain yang sering digunakan, seperti Slack (untuk notifikasi), GitHub/GitLab (untuk developer), Figma (untuk desainer), dan Google Drive (untuk dokumen).
Kategori dan Contoh Project Management Tools
Dunia PM tools sangat luas. Kita bisa membaginya menjadi dua kategori utama: Tools Standar Industri yang sudah teruji dan Tools yang Didukung AI yang membawa kapabilitas baru.
1. Tools Standar Industri (Populer dan Teruji)
Ini adalah tools yang telah menjadi andalan banyak perusahaan selama bertahun-tahun karena keandalan dan fiturnya yang kaya.
Gambar 1.1.20 PM Management Tools
2. Tools yang Didukung AI (Generasi Baru)
Beberapa tahun terakhir, banyak PM tools mulai mengintegrasikan AI untuk mengotomatisasi tugas, memberikan insight, dan mempercepat proses kerja.
Apa yang dilakukan AI dalam PM Tools?
✅Automasi Cerdas: Membuat sub-task secara otomatis dari sebuah tujuan besar.
✅Analisis Prediktif: Menganalisis data proyek untuk memprediksi potensi keterlambatan atau risiko.
✅Pembuatan Konten: Menulis draf deskripsi tugas, ringkasan rapat, atau bahkan dokumen PRD berdasarkan prompt.
✅Rekomendasi Pintar: Menyarankan siapa orang yang paling tepat untuk mengerjakan sebuah tugas berdasarkan keahlian dan beban kerja saat ini.
Berikut adalah beberapa tools terdepan yang sudah mengadopsi AI:
Gambar 1.1.21 PM Manajement Tools with AI
1. Product Manager
-
Menyusun PRD dengan KPI teknis seperti Time to Interactive (TTI) dan throughput transaksi.
-
Memprioritaskan tugas tim developer berdasarkan kebutuhan UX dan skala trafik.
2. UI/UX Designer
-
Membuat desain tampilan responsif seperti homepage dan checkout modal.
-
Menerapkan Design System agar tampilan konsisten di seluruh tim.
3. Front End Developer
-
Mengimplementasi tampilan menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript framework.
-
Optimasi performance dengan lazy loading dan code splitting.
4. Back End Developer
-
Menyediakan API untuk menangani fitur seperti keranjang, pembayaran, dan pelacakan stok.
-
Menjaga database reliability dan memproses permintaan pada saat-saat puncak seperti flash sale dan promo besar-besaran.
5. QA Engineer
-
Melakukan pengujian otomatis dan manual untuk setiap new build, terutama fitur pembayaran.
-
Pastikan tidak ada bug sebelum deployment.
6. DevOps Engineer
-
Menyiapkan pipeline CI/CD agar build dan deployment berlangsung lancar.
-
Monitor sistem menggunakan tool seperti New Relic untuk tracing error dan latency.
Gambar 1.1.21 Tim Pengembangan Produk
Bayangkan kamu jadi Product Manager. Bagaimana kamu akan memastikan UI/UX Designer dan Backend Developer bekerja selaras dalam membangun fitur yang konsisten dan stabil?
Dengan menyelesaikan materi dalam topik ini, kamu telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang telah kita tetapkan di awal. Kamu kini mampu untuk:
✅ Mengidentifikasi Konsep Dasar Product Management dan peran sentral seorang Product Manager dalam lanskap digital.
✅ Menyebutkan Tanggung Jawab Utama Product Manager dalam menganalisis dan mengarahkan proses bisnis digital.
✅ Menjelaskan Hubungan Antara Product Management dengan Kebutuhan Ekosistem Digital melalui contoh nyata dari industri seperti fintech dan e-commerce.
✅ Memahami Proses Manajerial Dasar yang digunakan dalam pengelolaan sebuah produk digital, mulai dari ide hingga peluncuran.
Refleksi akhir:
-
Apa bagian dari tugas PM (seperti dokumentasi fitur, koordinasi lintas tim, atau pengukuran metrik) yang paling menantang bagi kamu, dan bagaimana kamu bisa mulai mempelajarinya?
-
Saat jadi PM, Apa hal pertama yang akan kamu tanyakan ke tim UX atau engineer saat mulai melakukan develop fitur?