2.2.2 Alat Penulisan & Pelacakan Test Case (Testlink, Testrail, Xray [Jira Plugin])
Dalam praktik QA modern, pengujian perangkat lunak bukan hanya tentang “menguji fitur dan mencatat hasilnya”. Pengujian merupakan proses yang terstruktur, terdokumentasi, dan harus bisa dipertanggungjawabkan, dimana setiap aktivitas pengujian harus bisa ditelusuri mulai dari kebutuhan awal (requirement) hingga ke bug yang ditemukan dan versi produk yang diuji.Untuk menjalankan proses pengujian yang profesional dan terorganisir, diperlukan alat bantu khusus yang disebut Test Management Tools. Alat ini dirancang untuk membantu menyusun, menyimpan, mengelola, dan memantau seluruh aktivitas testing, mulai dari perencanaan, eksekusi, hingga pelaporan hasil. Fungsi utama dari test management tools meliputi:
● Menyusun test plan dan test suite berdasarkan modul atau fase pengembangan.
● Menulis dan mengorganisasi test case dalam struktur yang mudah diakses dan dapat di review oleh tim.
● Menjadwalkan dan mendistribusikan test run kepada QA engineer sesuai sprint atau fase proyek.
● Merekam hasil pengujian, seperti PASSED/FAILED, serta dokumentasi hasil aktual dan bukti pendukung.
● Menghubungkan test case ke requirement dan laporan untuk menciptakan traceability yang kuat.
● Menghasilkan laporan testing untuk manajer proyek, QA lead, dan stakeholder lain agar memantau progres dan kualitas secara real-time.
Tanpa alat manajemen pengujian, banyak perusahaan masih menggunakan spreadsheet seperti Excel atau Google Sheet. Meskipun fleksibel, penggunaan spreadsheet memiliki beberapa kelemahan, seperti risiko ketidaksinkronan versi file antar anggota tim, minimnya pelacakan eksekusi, serta kurangnya dukungan integrasi dengan otomasi pengujian dan pencatatan isu bug. Adapun beberapa test management tools yang populer di industri saat ini antara lain:
1. TestLink (Open Source)
TestLink adalah sistem manajemen pengujian berbasis web yang gratis dan dapat diinstal secara mandiri (self-hosted).
Ia menyediakan fitur dasar seperti:
● Test suite dan test case secara hierarki
● Manajemen test plan dan assignment
● Eksekusi tes dan hasil (test run log)
● Integrasi sederhana dengan bug tracker seperti Jira dan Mantis
Namun, TestLink memiliki keterbatasan seperti UI yang kurang intuitif bagi pengguna baru, tidak mudah diintegrasikan dengan pipeline otomatisasi (CI/CD), serta kurang cocok untuk lingkungan Agile atau perusahaan yang berkembang pesat. Tool ini cocok digunakan untuk tim QA kecil dengan keahlian teknis atau perusahaan dengan anggaran terbatas yang belum siap berlangganan layanan berbayar.
2. TestRail (Komersial & Fleksibel)
TestRail adalah salah satu alat manajemen pengujian paling populer dengan tampilan modern dan fitur lengkap. Tool ini cocok untuk startup hingga perusahaan besar.
Adapun keunggulan tool ini meliputi:
● Penulisan test case yang rapi dengan pengelompokan dalam test suite.
● Pengaturan test run dan test plan untuk sprint pengujian.
● Laporan visual tentang progress testing, tingkat kegagalan, dan cakupan pengujian.
● Integrasi langsung dengan Jira, GitHub, Jenkins, GitLab, dan lainnya.
● REST API yang kuat untuk integrasi dengan automation script.
TestRail banyak digunakan di perusahaan fintech, SaaS, healthtech, dan e-commerce dengan tim QA yang menggabungkan pengujian manual dan otomatisasi.
3. Xray (Jira Plugin)
Xray adalah plugin khusus yang hanya ada pada aplikasi Jira, yang menjadikan Jira tidak hanya sebagai issue tracker tetapi juga platform pengujian lengkap.
Semua test case, test plan, dan test execution dikelola dalam Jira, dengan dukungan penuh untuk:
● Test manual: setiap test case adalah issue type “Test”.
● Test otomatis: Xray mendukung integrasi hasil dari alat seperti Cucumber, JUnit, NUnit, dan sebagainya.
● Membuat keterkaitan antara story, bug, dan epic guna membentuk traceability matrix.
● Query pengujian berbasis JQL, filtering, dan custom dashboard di Jira.
Adapun yang menjadi keunggulan utama Xray adalah:
● Native dalam Jira, sehingga cocok untuk tim Agile yang sudah menggunakan ekosistem Jira.
● Bisa digunakan lintas proyek dalam Jira (misalnya untuk regression).
● Mendukung DevOps pipeline via REST API & Jenkins.
Dalam praktik industri, penggunaan test management tools mengikuti siklus yang terstruktur untuk mendukung proses QA secara menyeluruh. Umumnya, siklus ini meliputi:
● Perencanaan: QA lead menyusun test plan dan test suite berdasarkan modul sistem.
● Penulisan Test Case: QA engineer membuat test case berdasarkan user story, SRS, atau hasil eksplorasi.
● Test Execution / Run: QA menjalankan pengujian manual atau otomatis, mencatat hasil dan status setiap test case.
● Pelaporan & Review: QA lead memantau cakupan pengujian, mengidentifikasi test case yang gagal, dan memicu pelaporan bug.
● Regresi & Re-run: Setelah bug diperbaiki, test case yang relevan dijalankan ulang untuk validasi.
Penggunaan test management tools tidak hanya membantu tim QA dalam mendokumentasikan pengujian, tetapi juga memberikan manfaat nyata yang mendukung kolaborasi lintas tim, transparansi, dan efisiensi kerja.
Berikut adalah beberapa praktik terbaik dan keuntungan yang dirasakan langsung oleh tim pengembangan perangkat lunak.
● Traceability: Test case bisa ditelusuri ke requirement → test run → bug → status release.
● Kolaborasi Lebih Baik: Developer, QA, dan manajer proyek bisa melihat status pengujian secara real-time tanpa perlu komunikasi manual atau membuka spreadsheet.
● Integrasi Otomatisasi: Banyak tim QA kini mengirim hasil automation testing langsung ke test management tools. Hal ini dapat menghemat waktu dan menjamin dokumentasi tetap up-to-date.
● Laporan Cepat & Visual: Manajer proyek bisa melihat dashboard testing yang berisi coverage, pass rate, dan lain sebagainya.
Sebelum memilih tools untuk manajemen pengujian, QA perlu memahami manfaat dan fitur kunci yang ditawarkan, diantaranya:
● Test management tools membantu QA menjaga dokumentasi pengujian secara kolaboratif dan historis.
● Tools seperti TestRail dan Xray memungkinkan integrasi langsung dengan bug tracking dan requirement, menciptakan traceability.
● TestLink masih relevan untuk tim kecil dengan budget terbatas, namun perlu effort teknis untuk maintenance.
● Tools modern mendukung import/export test case, integrasi CI/CD, dan bahkan API untuk automation test reporting.
⬛ Studi Kasus: Pemanfaatan Test Management Tools dalam Test Case
Sebuah perusahaan ritel digital di Indonesia memiliki aplikasi web dan mobile yang digunakan oleh jutaan pengguna untuk melakukan pembelian kebutuhan rumah tangga. Tim IT terdiri dari: 12 Developer (frontend dan backend), 6 QA Engineer, 1 QA Lead, dan 2 Product Owner.
Sebelumnya, tim QA menggunakan Excel untuk menulis dan menyimpan test case. Namun, mereka mengalami beberapa kendala, antara lain:
● Sulit menjaga versi test case yang konsisten antar tim.
● Tidak ada pelacakan riwayat pengujian, seperti siapa yang menguji apa dan kapan.
● Tidak ada struktur hubungan antara test plan, test case, dan test result.
● Sulit membuat laporan progres pengujian harian dan selama sprint.
Oleh karena itu, QA Lead akhirnya memutuskan untuk menggunakan Xray dengan alasan berikut:
● Terintegrasi langsung dengan Jira,
● Berbasis cloud dan cukup diaktifkan sebagai plugin di Jira Cloud,
● Dukungan penuh untuk pengujian manual dan otomatis,
● Bisa langsung melihat progres dan cakupan pengujian dari Jira,
● Test case bisa digunakan ulang dan dilacak ke requirement.
Aktivitas Harian QA Menggunakan Xray
Setiap hari, QA Engineer menjalankan skenario testing langsung dari Jira/Xray:
● QA login ke Jira dan membuka Test Plan aktif (misalnya: Sprint 14 - Checkout Regression)
● Memilih Test Execution yang akan dijalankan.
● Menjalankan test step demi step dan mengubah status:
○ Passed jika hasil sesuai ekspektasi
○ Failed jika terdapat bug, lalu langsung membuat issue (Bug) di Jira dan mengaitkannya ke test tersebut
● Jika butuh referensi atau diskusi, QA bisa mention atau tag PO/Developer di Jira.
● QA Lead memantau progres dari dashboard tanpa perlu rekap manual.
Manfaat yang Dirasakan:
● Test case terdokumentasi dengan rapi di Jira, sehingga tidak perlu lagi menggunakan file Excel atau folder terpisah.
● Memiliki visibilitas tinggi; Product Owner dan developer dapat mengetahui status pengujian untuk setiap user story dengan mudah.
● Laporan dibuat secara otomatis, tanpa harus menyalin data pengujian secara manual ke laporan harian atau laporan sprint.
● Regression test menjadi lebih akurat karena hasil pengujian sebelumnya dapat langsung dilihat.
● QA dapat menggunakan kembali test case untuk Test Plan berikutnya tanpa perlu membuat ulang.
● Tersedia integrasi dengan CI/CD sebagai langkah menuju otomasi pengujian di masa mendatang.
Xray sangat cocok digunakan untuk tim QA manual hingga QA automation di perusahaan modern yang sudah menggunakan Jira. Dengan fitur-fitur seperti traceability, laporan real-time, dan integrasi CI/CD, Xray tidak hanya menggantikan Excel atau TestLink, tetapi juga menaikkan level proses QA ke arah kolaboratif, agile, dan terdokumentasi dengan baik.